Peneliti dari Universitas Kyoto dan pengamat lingkungan Cypri Jehan Paju Dale, pada hari Minggu menjelaskan jika rekomendasi komite situs peninggalan dunia UNESCO untuk Taman Nasional Komodo adalah sebuah pencapaian besar untuk pelestarian dan pariwisata. Rancangan keputusan pusat warisan dunia meminta agar pemerintahan Indonesia untuk sementara ini menghentikan terlebih dahulu proyek infrastruktur di taman nasional Komodo untuk mempertahankan warisan dunia tersebut dimasa mendatang.
“Ini sebagai kemenangan untuk pelestarian dan pariwisata Indonesia, terutamanya di Flores. Ini kemenangan menantang penghancuran teritori pelestarian dan situs peninggalan dunia oleh pembangunan pariwisata pemerintahan sekarang ini,” kata peneliti kelahiran Flores itu ke Tempo, 1 Agustus kemarin.
Cypri yakin kawasan pelestarian di Taman Komodo sudah terganggu oleh pemerintahan bersamaan dengan upaya perbaikan besar di Pulau Rinca yang tidak disokong oleh penilaian imbas lingkungan yang pantas, yang menurut Komite harus dipandang oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Faktor penting yang sudah dilakukan pemerintahan, ucapnya, ialah penyerahan beberapa ratus hektar ke swasta untuk membuat resor terbatas kelas tinggi dengan mempertaruhkan mata pencarian warga pulau Komodo.
“Gagasan relokasi masyarakat Komodo untuk jadikan pulau ini sebagai kawasan rekreasi terbatas adalah sebuah gagasan yang sangat tidak pantas untuk dilakukan,” kata peneliti. “Bila pemerintahan bersikeras dengan gagasannya, mereka bukan hanya akan kehilangan muka tapi juga citra pariwisata Indonesia akan menanggung derita.”
Berdasarkan rekomendasi yang telah disampaikan oleh UNESCO, Cypri menambahkan jika pemerintahan Indonesia seharunsnya tidak lagi bertabrakan dengan masyarakat Nusa Tenggara Timur dan golongan masyarakat sipil internasional. Karena menurutnya pemerintahan Presiden Jokowi saat ini sedang menghadapi perlawanan dari organisasi dan komunitas internasional.