Seorang pria asal Batam, Kepulauan Riau, Harjito berusia 49 tahun dinyatakan meninggal di dalam rumah sakit di tempat pada Rabu, 28 Juli sesudah diberitakan terjangkit virus corona. Namun kabar yang paling mengerikan adalah sesaat sebelum dirawat di dalam rumah sakit, Harjito dikabarkan menerima dua kali suntikan Vaksin covid 19 dalam sehari.
Menurut beberapa sumber terpercaya, Harjito meninggal setelah mendapatkan perawatan sekitar enam hari di rumah sakit. Pria berusia 49 tahun tersebut dilarikan ke rumah sakit pada tanggal 22 Juli ketika menderita batuk, muntah, sakit di kepala, dan asam lambung. Penyakit ini bertambah pada 15 Juli, cuman empat hari sesudah terima dua suntikan vaksin.
Di hari vaksinasi, Harjito akui belum rasakan suntikan pertama. “Ia merasa lengannya seperti hanya digosok saja,” kata Ery Syahrial, RT yang sebagai wakil keluarga Harjito, Kamis.
Harjito pada akhirnya merasakan efek vaksin di hari yang sama dan membuat kaget semua orang karena berdasarkan catatan dokter jika dia sudah menerima dua kali vaksin dari dua vaksinator yang lain. Surat pernyataan dari dokter mengatakan Harjito memang menerima dua suntikan, yang mana menurut prosedur standar kedokteran seorang vaksinator tidak seharsnya menerima vaksin kedua sebelum dua minggu berselang dari vaksin pertama.
“Ia memberitahu para tetangga mengenai keadaannya malam itu,” kata Ery. Tetapi, Harjito tidak pergi mencari dokter untuk penanganan atau memberitahukan sertifkasi vaksin yang dijalaninya.
Saat keadaannya menjadi lebih buruk pada 15 Juli, dia baru mencoba untuk menghubungi dokter terkait masalah yang dialaminya, namun tidak ada jawaban. Keluarganya Harjito lalu membawanya ke rumah sakit pada tanggal 22 Juli, Namun karena keadaannya yang semakin memburuk, Harjito akhirnya meninggal pada tanggal 28 Juli.
“Sampai hari ini pihak dinas kesehata dan Gugusan Pekerjaan Covid 19 belum ada satupun pihak yang mengunjungi keluarga keluarga Harjito. Yang mana keluarganya hanya ingin mendapatkan kejelasan mengenai situasi apa yang dialami oleh Harjito,” kata Ery.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kepulauan Riau belum memberikan informasi terkait kasus ini, dengan alasan masih mencari penjelasan verifikasi dari dokter yang disebut dalam sertifikat vaksin Harjito.